Pengertian Obesitas
Obesitas berasal dari bahasa latin yang artinya “makan berlebihan“. Dalam wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, obesitas diartikan sebagai kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan.
Sementara itu para ahli memberikan pengertian yang berbeda mengenai obesitas, beberapa diantaranya adalah :
Menurut Kusumawardhani “obesitas adalah kondisi berlebihnya jaringan lemak akibat tidak seimbangnya masukan energi dengan pemakaian“
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) “obesitas merupaka Indeks Massa Tubuh (IMT) anak yang berada diatas persentil ke-95 pada grafik tumbuh kembang anak sesuai dengan jenis kelaminnya“
Sementara itu Center for Disease Control (CDC) AS mendefinisikan “obesitas sebagai kelebihan berat badan diatas persentil ke-95 dengan proporsi lemak tubuh yang lebih besar dibandingkan komponen lainnya”.
Dari beberapa pengertian diatas dapat saya simpulkan bahwa, secara umum kegemukan dan obesitas merupakan kelebihan berat badan karena penimbunan lemak tubuh yang berlebihan (dibandingkan dengan komponen tubuh lainnya) sebagai akibat dari ketidakseimbangan antara masukan energi dan pemakaiannya.
Pembagian Obesitas
Berdasarkan prosentase kelebihan berat badan seseorang, obesitas digolongkan menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu :
1.Obesitas ringan
Apabila seseorang mengalami kelebihan berat badan 20 % - 40 % dari nilai tengah kisaran berat badannya yang dianggap normal.
2.Obesitas sedang
Apabila seseorang mengalami kelebihan berat badan 41 % - 100 % dari nilai tengah kisaran berat badannya yang dianggap normal.
3.Obesitas berat
Apabila seseorang mengalami kelebihan berat badan diatas 100 % dari nilai tengah kisaran berat badannya yang dianggap normal. Obesitas berat ditemukan sebanyak 5 % diantara orang-orang yang gemuk.
Salihin(2002) mengungkapkan bahwa menurut patogenesisnya maka obesitas dapat dibagi dalam dua macam:
1.regulatory obesity
Pada regulatory obesity gangguan primernya terletak pada pusat yang mengatur masukan makanan (central mechanism regulating food intake).
2.metabolic obesity
Pada metabolic obesity terdapat kelainan pada metabolisme lemak dan karbohidrat.
Penyebab Obesitas
Secara ilmiah obesitas terjadi karena ketidakseimbangan masukan energi (asupan kalori) dan pemakaiannya ( pembakaran kalori), dimana jumlah asupan kalori lebih banyak dari yang diperlukan oleh tubuh.
Akan tetapi, terjadinya obesitas melibatkan beberapa faktor, yaitu :
1. Faktor genetik
2. Faktor lingkungan (termasuk gaya hidup)
3. Faktor psikis
4. Faktor kesehatan (termasuk obat-obatan)
5. Faktor perkembangan, dan
6. Faktor aktifitas fisik
Gejala Obesitas
Gejala-gejala umum penderita obesitas,
1. Timbul gangguan pernafasan dan sesak nafas, karena paru-paru
tertekan timbunan lemak dibawah diafragma.
2. Terhentinya pernafasan untuk sementara waktu (tidur apneu).
3. Pada siang hari penderita sering merasa ngantuk.
4. Nyeri punggung bawah dan memperburuk osteoartritis
(terutama daerah pinggul, lutut dan pergelangan kaki)
5. Sering ditemukan kelainan kulit
6. Memiliki permukaan tubuh yang relatif sempit jika dibandingkan
dengan berat badannya.
7. Mengeluarkan keringat lebih banyak
(karena pembuangan panas tubuh tidak efisien).
8. Ditemukan edema (pembengkakan akibat timbunan sejumlah cairan)
di daerah tungkai dan pergelangan kaki.
Komplikasi
Komplikasi respiratorik akibat obesitas
1. Perubahan mekanika respirasi / berkurangnya kemampuan regangan jaringan paru
2. Peningkatan tahanan sistem pernafasan
3. Perubahan pola pernafasan dan respiratory drive
4. Berkurangnya kekuatan dan ketahanan otot-otot pernafasan
5. Gangguan pertukaran gas
6. Peningkatan beban kerja pernafasan
7. Berkurangnya toleransi aktivitas fisik
8. Gangguan pernafasan saat tidur
9. Peningkatan risiko tromboemboli vena
10. Peningkatan risiko aspirasi
11. Peningkatan risiko komplikasi pernafasan pada pembiusan dan perioperatif
Obesitas juga dapat meningkatkan resiko terjadinya sejumlah penyakit menahun seperti:
1. Diabetes tipe 2 (timbul pada masa dewasa)
2. Tekanan darah tinggi (hipertensi)
3. Stroke
4. Serangan jantung (infark miokardium
5. Gagal jantung
6. Kanker (jenis kanker tertentu, misalnya kanker prostat dan kanker usus besar)
7. Batu kandung empedu dan batu kandung kemih
8. Gout dan artritis gout
9. Osteoartritis
10. Tidur apneu (kegagalan untuk bernafas secara normal ketika
sedang tidur, menyebabkan berkurangnya kadar oksigen dalam darah)
11. Sindroma pickwickian (obesitas disertai wajah kemerahan,
underventilasi dan ngantuk).
Diagnosa
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengukur lemak tubuh seseorang, baik itu cara sederhana maupun cara yang membutuhkan peralatan khusus.
1.Cara-cara berikut memerlukan peralatan khusus dan harus dilakukan oleh para ahli,
Underwater weight, pengukuran berat badan dilakukan di dalam air dan kemudian lemak tubuh dihitung berdasarkan jumlah air yang tersisa.
Bod pod ,merupakan ruang berbentuk telur yang telah dikomputerisasi. setelah seseorang memasuki bod pod, jumlah udara yang tersisa digunakan untuk mengukur lemak tubuh.
Exa (dual energy x-ray absorptiometry), menyerupai skening tulang. sinar x digunakan untuk menentukan jumlah dan lokasi dari lemak tubuh. 2 cara berikut lebih sederhana dan tidak rumit, tapi masih harus menggunakan peralatan khusus:
Jangka kulit, ketebalan lipatan kulit di beberapa bagian tubuh diukur dengan jangka (suatu alat terbuat dari logam yang menyerupai forseps).
Bioelectric impedance analysis (analisa tahanan bioelektrik), penderita berdiri diatas skala khusus dan sejumlah arus listrik yang tidak berbahaya dialirkan ke seluruh tubuh lalu dianalisa.
Pemeriksaan tersebut diatas bisa memberikan hasil yang tidak tepat jika tidak dilakukan oleh para tenaga ahli
2.Cara-cara yang tidak memerlukan peralatan khusus
Tabel berat-tinggi badan.
Tabel ini telah digunakan sejak lama untuk menentukan apakah seseorang mengalami kelebihan berat badan.
Tabel biasanya memiliki suatu kisaran berat badan untuk tinggi badan tertentu.
Permasalahan yang timbul adalah bahwa kita tidak tahu mana tabel yang terbaik yang harus digunakan. banyak tabel yang bisa digunakan, dengan berbagai kisaran berat badan yang berbeda.
Beberapa tabel menyertakan ukuran kerangka, umur dan jenis kelamin, tabel yang lainnya tidak.
Kekurangan dari tabel ini adalah tabel tidak membedakan antara kelebihan lemak dan kelebihan otot.
Dilihat dari tabel, seseorang yang sangat berotot bisa tampak gemuk, padahal sesungguhnya tidak.
Body Mass Index (BMI)
BMI merupakan suatu pengukuran yang menghubungkan (membandingkan) berat badan dengan tinggi badan.
BMI merupakan rumus matematika dimana berat badan (dalam kilogram) dibagi dengan tinggi badan (dalam meter).
Seseorang dikatakan mengalami obesitas jika memiliki nilai bmi sebesar 30 atau lebih.
Klasifikasi Obesitas Menurut WHO (1998)
INDEKS MASA TUBUH KATEGORI
< 18,5 Berat badan kurang
18,5 - 24,9 Berat badan normal
25 - 29,9 Berat badan lebih
30 - 34,9 Obesitas I
35 - 39,9 Obesitas II
> 39,9 Sangat obesitas
Bagaimana cara menentukan obesitas?
Berat badan (Kg)
Indeks Masa Tubuh = ----——————----
Tinggi Badan (m2)
Contoh:
Berat Badan 74.8 kg, Tinggi badan 167 cm (1,67 m)
74.8 kg : 1.67 kuadrat = 26.8
Keterangan = Berat Badan lebih
Pengobatan
Pembatasan asupan kalori dan peningkatan aktivitas fisik merupakan komponen yang paling penting dalam pengaturan berat badan. Kedua komponen ini juga penting dalam mempertahankan berat badan pada saat telah terjadi penurunan berat badan. Harus dilakukan perubahan dalam pola aktivitas fisik dan mulai menjalani kebiasaan makan yang sehat.
Langkah awal dalam mengobati obesitas adalah menaksir lemak tubuh penderita dan resiko kesehatannya dengan cara menghitung BMI.
Jenis dan beratnya latihan, serta jumlah pembatasan kalori pada setiap penderita berbeda-beda dan obat yang diberikan disesuaikan dengan keadaan penderita.
Penderita dengan resiko kesehatan rendah, menjalani diet rendah kalori (800-1200 kalori/hari untuk wanita, 1400-2000 kalori/hari untuk pria) disertai olah raga.
Penderita dengan resiko kesehatan menengah, menjalani diet rendah kalori (800-1200 kalori/hari untuk wanita, 1000-1400 kalori/hari untuk pria) disertai olah raga
Penderita dengan resiko kesehatan tinggi atau sangat tinggi, mendapatkan obat anti-obesitas disertai diet rendah kalori dan olah raga.
Peluang penurunan berat badan jangka panjang yang berhasil akan semakin tinggi bila dokter bekerja dalam suatu tim profesional yang melibatkan ahli diet, psikologis dan ahli olah raga.
Obat-obatan.
Ada 2 jenis utama obat-obatan yang digunakan untuk mengatasi obesitas:
1.Obat yang mengurangi nafsu makan, contohnya fenfluramin, deksfenfluramin, fentermin.
2.Obat yang menghalangi penyerapan zat gizi dari usus, contohnya orlistat (menghalangi penyerapan lemak di usus).
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar